Saat Kita Bergerak, Masa Depan Mereka Tersenyum

Mengapa Stunting Harus Jadi Prioritas Kita Semua?

Stunting masih menjadi tantangan serius bagi masa depan Indonesia. Selama ini, banyak yang mengira stunting hanyalah soal gizi buruk atau kesehatan anak semata. Padahal, pengalaman saya di berbagai daerah membuktikan: stunting adalah persoalan kompleks yang menyentuh kemiskinan, sanitasi, pendidikan, hingga ketahanan pangan.

Pencegahan stunting bukan sekadar program kesehatan, tetapi sebuah gerakan nasional yang harus digerakkan bersama: lintas sektor, lintas profesi, dan lintas generasi. Tidak cukup hanya mengandalkan tenaga kesehatan — kita butuh tangan-tangan dari kepala daerah, perangkat desa, dinas sosial, dunia usaha, perguruan tinggi, NGO, TNI-Polri, bahkan tokoh agama dan masyarakat.

Stunting: Ancaman Masa Depan yang Tak Bisa Diabaikan

Pencegahan stunting bukanlah tugas biasa — ini adalah perjuangan besar untuk menyelamatkan masa depan Indonesia. Data menunjukkan, prevalensi stunting di Indonesia mengalami kenaikan drastis pada usia 6–24 bulan, hampir dua kali lipat. Ini sinyal keras: ada yang belum beres dalam asupan gizi dan praktik pengasuhan kita. Inilah mengapa intervensi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (dari kehamilan hingga usia 2 tahun) menjadi kunci utama. Kita tidak boleh lengah pada masa emas ini.

Cegah Stunting Itu Penting! Mengapa kita harus peduli?

  • Anak stunting berisiko mengalami hambatan tumbuh kembang fisik, kecerdasan, dan produktivitas jangka panjang.
  • Stunting memperparah kemiskinan, memperlemah daya saing bangsa.
  • Investasi pencegahan stunting menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi yang sangat besar di masa depan.
  • Setiap anak berhak tumbuh tinggi, sehat, dan cerdas. Setiap anak berhak atas masa depan yang lebih baik.

Belajar dari Lapangan: Kolaborasi Bukan Pilihan, Tapi Keharusan

Di banyak wilayah, posyandu  sudah berjalan dan makanan tambahan telah dibagikan, namun angka stunting masih tinggi. Mengapa? Karena persoalannya jauh lebih kompleks: buruknya sanitasi, minimnya akses air bersih, rendahnya edukasi pola asuh anak, hingga lemahnya perhatian pemerintah di tingkat desa. Upaya pencegahan stunting tidak bisa hanya bertumpu pada satu program, tetapi harus  menyeluruh di berbagai jenjang, mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa. Perlu adanya sinergi kuat antarpemangku kepentingan untuk memperbaiki sistem pendukung, memperkuat koordinasi, dan memastikan bahwa kebijakan di tingkat atas benar-benar efektif diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan.

Pelibatan kader posyandu, tim pendamping keluarga, ahli gizi dan tenaga kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat menjadi kunci utama. Kader perlu diperkuat kapasitasnya, tidak hanya dalam hal deteksi dini dan intervensi gizi, tetapi juga dalam membangun kesadaran keluarga tentang pentingnya sanitasi, air bersih, dan praktik pengasuhan yang sehat. Pemberdayaan komunitas lokal harus didorong agar masyarakat tidak sekadar menjadi objek program, tetapi menjadi pelaku utama perubahan di lingkungannya.

Sebaliknya, di desa-desa yang kepala desanya berkomitmen penuh dan bergerak bersama seluruh elemen masyarakat, hasilnya nyata: penurunan angka stunting. Kunci keberhasilan ini terletak pada gotong royong yang solid — dari pengalokasian dana desa untuk perbaikan sanitasi, pelatihan ibu-ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), hingga pelibatan aktif tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam kampanye cegah stunting. Bukti di lapangan ini menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor dan pemberdayaan komunitas bukan lagi pilihan, tetapi menjadi syarat mutlak dalam mencegah stunting.

Kita harus selalu ingat, stunting bukan sekadar soal angka statistik yang naik atau turun. Stunting adalah tentang masa depan anak-anak kita — tentang hak mereka untuk tumbuh dan berkembang optimal optimal, sehingga mampu bersaing di dunia yang terus berubah.

Menguatkan Arah Percepatan Penurunan Stunting: Fokus, Integrasi, dan Inovasi

Untuk mempercepat penurunan stunting di Indonesia, diperlukan langkah-langkah strategis yang  terintegrasi. Pertama, seluruh pelaku lapangan harus memiliki satu pemahaman dan satu gerakan yang solid, termasuk melatih kader kesehatan agar mampu membaca grafik pertumbuhan dan bertindak cepat bila ditemukan tanda-tanda bahaya. Kesehatan saja tidak cukup — sektor air bersih, sanitasi, bantuan sosial, dan pendidikan gizi harus bergerak bersama dalam harmoni lintas sektor. Fokus utama diarahkan pada intervensi tepat sasaran dantepat waktu bagi  ibu hamil, ibu menyusui, serta baduta, dengan memanfaatkan data keluarga berisiko stunting secara akurat.

Intervensi pada usia 6–24 bulan menjadi kunci, dengan peningkatan cakupan ASI eksklusif, pemberian MP-ASI bergizi seimbang, imunisasi dasar lengkap, serta edukasi pola asuh dan pencegahan kecacingan. Perencanaan dan penganggaran program perlu dipertajam agar semua intervensi benar-benar mendukung penurunan prevalensi secara efektif. Selain itu, diperlukan penyamaan pemahaman antar pemangku kepentingan di lapangan, penyederhanaan target-target yang  terlalu kompleks, serta penguatan kelembagaan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) baik di tingkat pusat maupun daerah.

Penunjukan penanggung jawab yang jelas untuk setiap pilar dan target menjadi langkah penting agar koordinasi lebih efektif. Sistem monitoring dan evaluasi  terintegrasi juga harus segera dikembangkan, sehingga seluruh proses pemantauan berbasis data dan lebih responsif terhadap perubahan di lapangan. Untuk mendorong kinerja, mekanisme penghargaan dan sanksi perlu diterapkan secara adil; daerah yang berhasil diberikan apresiasi, sementara yang tertinggal didampingi secara intensif. Akhirnya, inovasi dan hasil riset harus difasilitasi agar kebijakan penurunan stunting selalu dinamis dan berbasis pada bukti terbaru. Dengan fokus, integrasi, dan inovasi, percepatan penurunan stunting bukan hanya mungkin, melainkan harus kita wujudkan bersama.

Gerakkan Indonesia, Cegah Stunting!

Pencegahan stunting bukan sekadar program — melainkan perjuangan panjang untuk masa depan bangsa. Ini bukan lari cepat, melainkan maraton tanpa henti yang menuntut komitmen kuat, kerja sama lintas sektor, dan semangat yang tak boleh padam.

Jangan biarkan satu pun anak Indonesia kehilangan haknya untuk tumbuh dan berkembang optimal.
Jangan biarkan potensi emas bangsa ini terkubur hanya karena kita lalai bertindak — setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini adalah pondasi kokoh bagi gemilangnya Indonesia di masa depan. Setiap upaya, sekecil apa pun, berarti menyelamatkan satu generasi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *