“SAKTI untuk Negeri: Revolusi Digital Bagi Kader dan Orangtua”

Malang 27/05/2025. Peningkatan status gizi balita tetap menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan kesehatan nasional. Hal ini berakar pada pentingnya periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai fondasi utama dalam menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.

Namun demikian, dalam praktik di lapangan, pelaksanaan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) masih menghadapi berbagai tantangan klasik. Beberapa di antaranya mencakup keterbatasan dalam sistem pemantauan serta kurang optimalnya komunikasi antara para kader, orang tua dan tenaga kesehatan.

Menjawab tantangan tersebut, lahirlah sebuah inisiatif kolaboratif antara Yayasan Edufarmers International dan Puskesmas Sumberpucung, di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Melalui pendekatan yang inovatif dan berbasis teknologi, program ini menghadirkan pelatihan kader desa yang terintegrasi dengan penggunaan chatbot kecerdasan buatan (AI) bernama SAKTI . Chatbot SAKTI dirancang untuk memperkuat peran kader dalam tiga aspek utama yaitu edukasi gizi berbasis data, pemantauan pemberian PMT secara digital serta komunikasi efektif dan dua arah dengan keluarga penerima manfaat.

Inisiatif ini merupakan bagian dari Program ZeroStunting, salah satu program unggulan Yayasan Edufarmers International yang mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Target nasional yang ingin dicapai adalah penurunan prevalensi stunting hingga mencapai 5% pada tahun 2045. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pemerintah telah menetapkan target antara, yaitu penurunan prevalensi stunting menjadi 18,8% pada tahun 2025 dan 14,2% pada tahun 2029.

Kemajuan menuju target tersebut mulai terlihat. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting nasional menurun dari 21,5% pada tahun 2023 menjadi 19,8% pada tahun 2024. Capaian ini menjadi landasan penting dalam mendorong pencapaian target-target berikutnya secara lebih berkelanjutan.

Salah satu strategi utama dalam meningkatkan intervensi gizi di masyarakat adalah pengembangan kapasitas tenaga kesehatan dan kader, yang dipadukan dengan pemanfaatan teknologi digital. Pendekatan ini diyakini mampu meningkatkan efisiensi sekaligus efektivitas dalam pelayanan gizi, khususnya di tingkat akar rumput.

Langkah ini merupakan tindak lanjut dari program “One Day One Egg” yang sebelumnya diselenggarakan bersama PLN Peduli pada tahun 2025. Program tersebut telah berhasil menjadikan Kecamatan Sumberpucung sebagai salah satu wilayah penerima manfaat dengan fokus pada peningkatan asupan protein hewani bagi balita.

Melanjutkan inisiatif tersebut, saat ini kegiatan pelatihan dan digitalisasi intervensi gizi diteruskan dengan dukungan dana hibah dari Google.org. Dukungan ini membuka peluang lebih luas untuk memperkuat peran kader melalui pelatihan berbasis teknologi, serta memperkenalkan sistem monitoring yang lebih terintegrasi dan akurat.

Dengan sinergi antara pelatihan, teknologi, dan dukungan lintas sektor, diharapkan kualitas layanan gizi masyarakat semakin meningkat dan berdampak langsung bagi keluarga penerima manfaat dan garda terdepan layanan kesehatan masyarakat.

Pemberdayaan Kader di Tujuh Desa

Program ini dilaksanakan di tujuh desa di Kecamatan Sumberpucung, yakni: Desa Karangkates, Sumberpucung, Jatiguwi, Ngebruk, Sambigede, Ternyang, dan Senggreng.

Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Puskesmas Sumberpucung, Drg. Rahmawati Daha, dan menghadirkan dua narasumber utama yaitu Dr. Lukmanul Hafiz, Head Of Stunting Program & Operations Edufarmers International  yang membawakan materi tentang komunikasi efektif dan pemanfaatan chatbot SAKTI, dan Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si, Strategic Program Advisor – Nutrition AI and ZeroStunting  EduFarmers yang menyampaikan materi mengenai pola asuh gizi termasuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita.Kegiatan ini juga difasilitasi oleh Naila Syaidah, Amd.Gz, Yunanik, S.Tr.Keb, serta didukung penuh oleh seluruh tim dari EduFarmers, diantaranya Dyah Kenyar Nindita Hermanus.,SSi.,MBA.,—Manager Stunting Prevention Program at Edufarmers International. Putri Fasmalia.,S.IP dan Agustino.,SGz.,MSc.

Foto.Dr. Lukmanul Hafiz, Head Of Stunting Program & Operations Edufarmers International

Pelatihan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga menekankan aspek praktis melalui sesi role play dan evaluasi implementasi komunikasi kader. Dalam sesi ini, kader dilatih untuk menyampaikan pesan-pesan gizi seputar MP-ASI dan PMT secara efektif kepada orang tua balita, sekaligus mengasah keterampilan interpersonal dan pendekatan berbasis empati dalam interaksi lapangan.

Chatbot SAKTI: Inovasi Teknologi untuk gizi anak

Penggunaan teknologi seperti SAKTI  merupakan contoh konkret dari “terobosan teknologi” yang ditekankan dalam tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2026, pada dokumen Kementerian PPN/Bappenas tahun 2025. SAKTI dirancang sebagai alat bantu kader dan orang tua dalam pelaksanaan PMT. Fungsi utamanya tidak hanya mengingatkan jadwal makan balita, tetapi juga mencatat konsumsi harian, menjawab pertanyaan terkait gizi dan pola asuh, serta memberikan insight berbasis data nyata mengenai alasan anak menolak makan atau preferensi menunya. Data ini sangat penting untuk merancang intervensi gizi yang lebih efektif dan tepat sasaran.

Sebagai contoh, bila anak tidak memakan PMT karena sakit atau tidak menyukai menu tertentu, sistem dapat langsung mendeteksi dan menyampaikan informasi ini kepada kader dan pengelola program. Dengan demikian, perbaikan intervensi dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.

Asisten Cerdas Bagi Kader dan Orang tua balita

Dalam denyut kehidupan di tingkat Desa, kader adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka bukan sekadar relawan, melainkan garda terdepan dalam sistem kesehatan masyarakat. Kader menjadi jembatan penting antara kebijakan nasional dan praktik di tingkat keluarga, memastikan bahwa program-program pemerintah dapat terimplementasi secara nyata dan efektif dalam kehidupan sehari-hari.

Di tangan para kader, intervensi gizi bukan sekadar teori. Mereka melakukan pemantauan pertumbuhan balita, memberikan edukasi kepada ibu hamil dan menyusui, serta mengawasi pelaksanaan PMT.

Di balik senyum ramah para kader Posyandu, tersimpan beban tugas yang tidak ringan. Setiap hari, kader dihadapkan pada beragam tantangan yang kerap luput dari perhatian. Mulai dari menghubungi satu per satu orang tua balita, memastikan PMT dikonsumsi, hingga mengingatkan berbagai jadwal penting seperti penimbangan dan imunisasi.

Seluruh aktivitas ini menyita waktu, tenaga, dan pikiran—yang sejatinya dapat lebih dimaksimalkan untuk interaksi edukatif serta pengawasan lapangan. Ketika beban administratif menjadi dominan, peran kader sebagai pendamping dan pendidik gizi masyarakat menjadi kurang optimal. Padahal, keberhasilan intervensi gizi sangat ditentukan oleh kualitas hubungan antara kader dan masyarakat yang mereka layani.

Di sinilah teknologi hadir bukan sebagai pengganti, tetapi sebagai penguat peran manusia. Dengan memanfaatkan chatbot berbasis AI, pengingat harian tentang PMT dapat dikirim secara otomatis, personal, dan tepat waktu ke ponsel para orang tua balita. Lebih dari sekadar pesan pengingat, chatbot dapat:

  • Menyediakan informasi gizi praktis dan tips pemberian makan yang sesuai usia anak

  • Menjawab pertanyaan umum tentang PMT secara real time

  • Mencatat respon dan pelaporan dari orang tua secara digital

  • Membantu kader memastikan makanan yang disajikan orang tua ke anak bergizi seimbang dan beragam

Melalui aplikasi  ini, kader dapat mengalihkan fokus pada aktivitas bermakna yang hanya dapat dilakukan oleh manusia: edukasi interpersonal, pendampingan yang komunikatif dan empatik, serta pengawasan langsung di tingkat rumah tangga.


Edukasi, teknologi, dan penguatan kapasitas kader adalah tiga pilar utama—sebuah trisula strategis—yang akan menentukan keberhasilan program gizi balita di Indonesia. Ketiganya bukan berdiri sendiri, melainkan saling menguatkan dalam membentuk ekosistem pelayanan gizi yang adaptif dan berkelanjutan.

Dengan sinergi lintas sektor, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, dunia akademik, hingga masyarakat, serta dukungan kecerdasan buatan (AI) sebagai akselerator, kita memiliki peluang besar untuk menghadirkan transformasi nyata.Bukan hanya mempercepat penurunan malnutrisi, tetapi juga memastikan praktik MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) yang:

  • Lebih terpantau: melalui pelaporan digital dan pemantauan berbasis data,

  • Lebih beragam: dengan panduan adaptif berbasis bahan pangan lokal,

  • Lebih sesuai kebutuhan: karena disesuaikan dengan status gizi, usia, dan kondisi anak usia 6–23 bulan.

Inilah momentum kita untuk bergerak bersama, karena gizi anak hari ini adalah pondasi kualitas bangsa di masa depan.

AI sebagai Alat Bantu, Bukan Pengganti Sentuhan Kemanusiaan Kader

Dalam era digital, teknologi kecerdasan buatan (AI) mulai dimanfaatkan untuk mendukung intervensi gizi masyarakat. Namun, penting untuk diingat bahwa AI hanyalah alat bantu—bukan pengganti peran manusia. Keberhasilan program gizi tetap sangat bergantung pada komunikasi yang efektif antara kader dan penerima manfaat, khususnya para orang tua balita.

AI dapat membantu kader menyusun pengingat otomatis, mencatat data gizi secara real-time, atau mengelola distribusi PMT dengan lebih efisien. Namun, hubungan empatik yang dibangun kader melalui kunjungan rumah, obrolan hangat, dan dukungan emosional kepada keluarga tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Komunikasi yang hangat, jelas, dan meyakinkan dari seorang kader sering kali menjadi pemicu utama perubahan perilaku gizi dalam rumah tangga. Dengan bantuan teknologi, waktu kader untuk urusan administratif bisa dipangkas, sehingga energi mereka lebih banyak difokuskan pada interaksi edukatif yang bermakna.

Mari kita manfaatkan teknologi dengan bijak—sebagai penopang, bukan pusat dari upaya. Sentuhan kemanusiaan tetap menjadi inti dalam membangun masyarakat yang lebih sehat dan berdaya.

5 thoughts on ““SAKTI untuk Negeri: Revolusi Digital Bagi Kader dan Orangtua”

  1. Very inspirate!! Dibuat reguler dok, Bikin desa binaan atau percontohan buat program ini. Kerjasama dengan CSR atau pemerintah setempat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *