Foto.Pelatihan kader Posyandu Kecamatan Sumber Pucung Malang,Zerostunting EduFarmers International
Sehelai Kasih di Jalan Berlumpur
Setiap menjelang senja, ketika kebanyakan orang bersiap melepas lelah, Bu Wida justru baru saja selesai dari salah satu misinya yang paling mulia. Dengan napas teratur dan langkah tertatih, ia menuntun sepedanya melewati jalan berlumpur di pinggir hutan desa. Tiga kilometer bukan jarak yang pendek. Tapi baginya, itu hanya angka. Karena yang ia tuju adalah Ibu Wajinem, seorang ibu hamil delapan bulan yang hidup dengan keterbatasan dan sangat bergantung padanya.
Bu Wida bukan petugas berseragam. Ia adalah kader—relawan kesehatan desa. Tapi dalam sunyi dan sepinya pelosok Dukuh Waru di pesisir sebuah pulau, ia adalah segalanya bagi banyak orang. Sekali sebulan, posyandu digelar. Tapi pekerjaannya tak berhenti di situ. Karena ada tiga dukuh yang harus ia jangkau, maka hampir setiap minggu ia bolak-balik menyusuri jalanan yang sama—sendiri, tanpa upah tetap, hanya berbekal niat dan cinta.
Ia tak hanya membantu menimbang balita atau mencatat di buku kesehatan, juga mengantarkan PMT yang ia masak sendiri di dapur rumahnya—dibungkus rapi, masih hangat, penuh kasih. Ia tahu, makanan itu bukan sekadar nutrisi, tapi juga bentuk kepedulian. Dalam setiap suapan, terselip harapan: semoga bayi dalam kandungan tumbuh sehat, semoga anak-anak desa bisa terus tersenyum dan bermain tanpa kelaparan.Dari mengajarkan pola hidup bersih dan sehat, mendampingi ibu hamil, memeriksa jentik nyamuk, hingga menyampaikan edukasi gizi—semua ia lakukan tanpa pamrih. Karena bagi Bu Wida, kesehatan bukan hak istimewa orang kota. Kesehatan adalah hak setiap manusia, sampai ke sudut-sudut desa yang mungkin tak tampak di peta, tapi tetap berarti bagi masa depan bangsa.
Hari-harinya jauh dari gemerlap, tapi hatinya terang. Ia tak digaji besar, tapi dihargai oleh setiap tangan yang ia bantu. Ia bukan tokoh nasional, tapi ia dikenal oleh setiap ibu di dukuhnya sebagai penyelamat dalam diam.
Di balik senyum anak yang sehat dan tumbuh dan berkembang dengan baik, ada tangan-tangan penuh kasih yang bekerja dalam diam. Di balik ibu hamil yang rutin memeriksakan kandungannya, ada suara lembut yang meyakinkan dan menguatkan. Di balik posyandu yang ramai dan aktif, ada sosok luar biasa yang tak pernah lelah mengajak, mengedukasi, dan mendampingi—itulah kader.
Kader adalah bukti nyata bahwa kekuatan perubahan berasal dari akar rumput. Mereka hadir di tengah masyarakat, menyapa dengan senyum, mendengar dengan empati, dan bertindak dengan semangat tulus untuk melayani. Dalam setiap ajakan ke posyandu, dalam setiap langkah mengedukasi ibu tentang gizi anak, tersimpan misi besar: menyelamatkan masa depan generasi.
Mengapa Citra Diri Positif Penting bagi Kader?
1. Meningkatkan pengaruh sosial
Kader yang memiliki citra diri positif—dikenal, dipercaya, dan dihormati—akan lebih mudah diterima serta diikuti oleh warga. Ajakan mereka ke posyandu bukan dianggap sebagai rutinitas belaka, tetapi sebagai panggilan tulus yang penuh kepedulian. Citra diri yang kuat menjadikan kader sebagai figur sentral yang mampu menginspirasi perubahan perilaku masyarakat.
2. Meningkatkan status dan kepercayaan
Saat masyarakat dan tenaga kesehatan memandang kader sebagai mitra profesional, maka tumbuhlah kepercayaan dan kedekatan. Kader menjadi jembatan antara ilmu medis dan kehidupan sehari-hari, serta penghubung yang efektif antara puskesmas dan masyarakat.
3. Memperkuat posisi sebagai garda terdepan layanan kesehatan primer
Sebagai wajah awal sistem kesehatan, kader yang memiliki citra diri positif mampu menjalankan peran penting sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan primer, mulai dari edukasi kesehatan, deteksi dini gangguan tumbuh kembang, hingga pemantauan gizi dan pencegahan stunting.
4. Mendapatkan kesempatan lebih luas
Kader yang menunjukkan dedikasi dan membangun reputasi baik di masyarakat akan lebih mudah diikutsertakan dalam pelatihan lanjutan, menerima insentif, atau dinominasikan sebagai kader teladan. Ini bukan semata soal prestasi, tetapi tentang memperbesar dampak positif kepada lingkungan sekitar.
5. Menjadi sumber rujukan dan pendamping masyarakat
Dengan citra diri yang kuat dan positif, kader menjadi tempat bertanya yang terpercaya, pendamping dalam penerapan pola hidup sehat, serta sahabat dalam perjuangan mencegah stunting dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Kita perlu menyadari bahwa keberhasilan program kesehatan tidak mungkin tercapai tanpa keberadaan kader yang kuat dan percaya diri. Untuk itu, kader harus terus diberi ruang untuk belajar, berkembang, dan membentuk citra diri yang positif—menjadi figur yang tidak hanya dikenal, tetapi juga dipercaya dan dihormati.
“Ketika seorang kader berkembang menjadi pribadi yang kuat, berwawasan luas, terampil dan mampu memberi teladan, maka keberadaannya akan menjadi sumber inspirasi dan penggerak perubahan di tengah masyarakat.”
Masyarakat akan lebih mudah percaya ketika pesan yang disampaikan menyentuh hati dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Ajakannya bukan hanya didengar, tetapi diikuti. Pesannya bukan hanya dipahami, tetapi dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah kekuatan komunikasi perubahan perilaku—bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi menginspirasi tindakan nyata.
Kader Hebat, Masyarakat Sehat
Foto. Performa Kader Posyandu Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang
Dari komunikasi yang empatik, konsisten, dan bermakna inilah gerakan bersama dimulai—gerakan menuju keluarga yang lebih sehat, anak-anak yang tumbuh optimal, serta lingkungan yang semakin sadar akan pentingnya gizi dan kesehatan. Perubahan tidak terjadi dalam sekejap, tetapi melalui proses komunikasi yang membangun kepercayaan, hubungan, dan komitmen jangka panjang antara kader dan masyarakat.
Mari kita jadikan penguatan kader bukan sekadar program pelatihan, tetapi sebuah gerakan pemberdayaan jangka panjang. Ketika kader diberdayakan, masyarakat akan bergerak. Dan ketika masyarakat bergerak, bangsa ini akan melangkah—lebih sehat, lebih tangguh, dan lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Inspiratif!
Keren!