Rahasia Gen dalam Secangkir Kopi

Kopi adalah salah satu minuman paling populer di dunia, diminum miliaran cangkir setiap harinya. Banyak orang menikmatinya bukan hanya karena rasa, tetapi juga karena kandungan kafein yang bisa membuat tubuh lebih segar, meningkatkan fokus, bahkan membantu performa saat berolahraga. Namun ternyata, tidak semua orang merasakan manfaat yang sama. Bagi sebagian kecil orang, sekitar sepuluh persen populasi, kafein justru bisa memperlambat stamina, membuat tubuh terasa cepat lelah, bahkan meningkatkan risiko serangan jantung.

Rahasia di balik perbedaan ini ada pada gen kita, khususnya gen bernama CYP1A2. Gen ini berfungsi menghasilkan enzim di hati yang bertugas memecah kafein. Pada sebagian orang, gen CYP1A2 hadir dalam bentuk varian yang membuat enzim bekerja lebih cepat. Artinya, begitu kafein masuk, enzim langsung memecahnya dengan efisien. Orang-orang dengan metabolisme cepat ini biasanya dapat minum beberapa cangkir kopi sehari tanpa merasa terganggu. Bahkan, kafein benar-benar bisa memberikan manfaat: meningkatkan kewaspadaan, memperbaiki performa olahraga, dan mengurangi rasa lelah.

Namun, pada kelompok lain, gen CYP1A2 memiliki varian yang membuat enzimnya bekerja lebih lambat. Kafein pun bertahan lebih lama di sirkulasi darah. Dampaknya ada dua: di satu sisi mereka mungkin merasakan efek kafein lebih intens dan berkepanjangan seperti jantung berdebar, sulit tidur, atau gelisah. Di sisi lain, bila konsumsi kopi berlebihan dan berlangsung dalam jangka panjang, beban kerja jantung meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan metabolisme lambat yang minum lebih dari empat cangkir kopi sehari memiliki risiko lebih tinggi mengalami serangan jantung (infark miokard non-fatal) dibanding mereka yang bermetabolisme cepat (Cornelis et al., 2006).

Inilah mengapa satu cangkir kopi bisa memberi efek sangat berbeda antarindividu. Seseorang dengan metabolisme cepat bisa merasakan kopi sebagai “bahan bakar tambahan”, sedangkan seseorang dengan metabolisme lambat justru bisa merasa lebih lelah, jantung berdebar, atau bahkan mengalami dampak negatif bila minum terlalu banyak. Dengan kata lain, gen CYP1A2 adalah penentu utama apakah kopi menjadi sahabat atau lawan bagi kesehatan kita.

Sebuah penelitian besar yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association menunjukkan hal ini dengan jelas. Orang dengan metabolisme cepat tetap aman meskipun minum beberapa cangkir kopi per hari. Sebaliknya, mereka yang memiliki metabolisme lambat justru mengalami peningkatan risiko serangan jantung, terutama bila mengonsumsi lebih dari empat cangkir kopi per hari. Inilah sebabnya dua orang bisa duduk di meja yang sama, minum jumlah kopi yang sama, tetapi merasakan efek yang sangat berbeda.

Bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara gen dan makanan disebut nutrigenomik. Prinsip utamanya adalah “one size does not fit for all”, artinya pola makan yang sehat bagi satu orang belum tentu sama sehatnya untuk orang lain. Kafein adalah contoh nyata bagaimana gen memengaruhi cara tubuh merespons makanan. Dengan mengetahui profil genetik kita, pola konsumsi kopi bisa disesuaikan. Bagi sebagian orang, kopi bisa menjadi teman setia yang aman. Namun bagi yang lain, terutama dengan metabolisme lambat, kebiasaan minum kopi berlebih justru bisa menjadi risiko kesehatan.

Pengetahuan ini  membantu kita memahami bahwa makanan dan minuman seharusnya dipersonalisasi, bukan digeneralisasi, tidak ada satu aturan yang berlaku sama untuk semua orang. Jadi, ketika seseorang merasa kopi membuatnya bersemangat sementara orang lain justru merasa gelisah atau cepat lelah, itu bukan sekadar sugesti. Nutrigenomik mempelajari bagaimana genetika seseorang berinteraksi dengan makanan yang dikonsumsi. Dengan kata lain, reaksi tubuh terhadap makanan dan minuman sangat bergantung pada variasi genetik yang kita bawa sejak lahir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *