“Srikandi Air: Perubahan Besar dari Setetes Air Yang Dijaga”

Foto. Yayasan Jivasvasta dan Tim, Lurah dan Kepala Puskesmas dan Warga Kecamatan Lenteng Agung

Air bersih seharusnya menjadi hak dasar setiap manusia. Namun kenyataannya, masih banyak keluarga di Indonesia yang belum memiliki akses terhadap air minum yang aman dan lingkungan yang bersih. Kondisi ini menyebabkan anak-anak rentan mengalami infeksi berulang, terutama diare kronis.

Infeksi yang terjadi secara terus-menerus dapat merusak dinding usus, sehingga tubuh anak tidak mampu menyerap nutrisi secara optimal. Akibatnya, berat badan anak tidak mengalami kenaikan sesuai usia. Kondisi ini sering kali masuk dalam kategori status gizi anak berdasarkan indikator pertumbuhan, berat badan menurut umur (BB/U) < -2 SD, yang kemudian dapat berkembang menjadi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) < -2 SD atau bahkan di bawah -3 SD—yang tergolong sebagai gizi buruk.

Gambaran ini menunjukkan jalur yang sangat umum di masyarakat: berawal dari air yang terkontaminasi, memicu infeksi, mengganggu penyerapan gizi, hingga akhirnya anak masuk ke dalam siklus malnutrisi kronis dan stunting.

Air Bersih dan Stunting: Dua Hal yang Tidak Bisa Dipisahkan

Air bukan hanya untuk diminum, tetapi untuk hidup sehat. Anak yang minum air terkontaminasi lebih rentan terkena infeksi usus dan diare kronis. Saat diare terus terjadi, tubuh kehilangan protein penting melalui usus yang rusak—kondisi yang dikenal dalam ilmu medis sebagai protein-losing enteropathy (PLE). Enteropati kehilangan protein (PLE) merupakan kondisi medis serius di mana tubuh kehilangan protein penting, terutama albumin—secara berlebihan melalui dinding usus yang mengalami kerusakan akibat peradangan atau infeksi kronis. Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak yang mengalami diare kronis atau infeksi saluran cerna berulang, terutama di lingkungan dengan sanitasi buruk dan air yang terkontaminasi.

Akibat kehilangan protein secara terus-menerus, kadar albumin dalam darah menurun drastis. Hal ini menyebabkan munculnya edema (pembengkakan), gizi buruk, dan gangguan pertumbuhan. Anak menjadi kurus, lesu, dan tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik, meskipun asupan makanan cukup.

Tidak hanya anak-anak, ibu hamil pun rentan terpapar risiko dari sanitasi yang buruk. Infeksi seperti hepatitis E yang menyebar melalui makanan atau minuman tercemar, bisa menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau bayi dengan berat lahir rendah—pintu masuk menuju stunting  sejak dalam kandungan.

Banyak orang mengira bahwa stunting hanya terjadi karena balita tidak mendapat cukup makanan bergizi. Padahal, akar masalahnya sering kali sudah muncul sejak dalam kandungan. Ketika seorang ibu hamil mengalami kekurangan gizi atau terpapar infeksi karena sanitasi yang buruk, risiko stunting pada anak pun mulai terbentuk bahkan sebelum ia dilahirkan.

Salah satu ancaman nyata dari sanitasi yang tidak layak adalah hepatitis E, penyakit yang menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi kotoran manusia. Jika ibu hamil mengonsumsi air atau makanan yang telah tercemar, akan berisiko tinggi terinfeksi virus ini—sering kali tanpa gejala yang jelas. Infeksi hepatitis E pada kehamilan bisa berdampak serius, mulai dari keguguran, kelahiran prematur, hingga bayi lahir dengan berat badan rendah—semua ini adalah pintu masuk menuju stunting sejak awal kehidupan.

Karena itu, mencegah stunting bukan hanya asupan gizi, tapi juga upaya memastikan ibunya sehat sejak awal, tinggal di lingkungan bersih, dan mengonsumsi air yang aman. Semua kondisi ini merupakan faktor risiko  terjadinya stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh yang bisa menyebabkan anak menjadi pendek, mudah sakit, sulit belajar, bahkan memiliki risiko gangguan metabolisme di masa depan.

Mengapa Air Bersih dan Sanitasi Itu Penting?

Air minum yang aman, makanan yang diolah secara higienis, dan lingkungan yang bebas dari buang air besar sembarangan adalah benteng pertama kita mencegah infeksi, termasuk hepatitis E. Sayangnya, masih banyak wilayah di Indonesia yang belum memiliki akses ke air bersih atau sanitasi layak.

Padahal, menjaga air tetap bersih bukanlah hal yang mahal. Yang dibutuhkan hanyalah kesadaran dan kebiasaan sederhana untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti:

  • Memastikan air minum sudah dimasak atau berasal dari sumber yang aman
  • Memastikan air yang digunakan untuk mencuci sayur dan buah juga berasal dari sumber bersih
  • Membiasakan seluruh anggota keluarga untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan atau menyentuh makanan
  • Mencuci peralatan makan dan minum balita dengan air bersih yang mengalir dan sabun, lalu mengeringkannya di tempat yang higienis
  • Menjaga kebersihan dan keamanan pangan dalam mempersiapkan makanan agar anak tidak sakit.
  • Menyimpan air minum di wadah tertutup bersih dan tidak digunakan bergantian tanpa dicuci
  • Rutin membersihkan dan mensterilkan wadah penampung air
  • Menjaga kebersihan dapur dan tempat penyimpanan makanan
  • Menghindari kebiasaan buang air sembarangan
  • Memastikan saluran air limbah tidak mencemari sumber air bersih

Perempuan, Air, dan Masa Depan Bangsa

Di setiap rumah, ada satu sosok penting yang seringkali luput dari perhatian, padahal ia memegang kendali besar atas kesehatan seluruh keluarga, yaitu ibu. Dari memilih air untuk diminum, memasak makanan keluarga, mencuci sayur dan perlengkapan bayi, hingga memastikan tangan anak-anak bersih sebelum makan—semua itu dilakukan oleh tangan-tangan perempuan. Maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di tangan perempuanlah kualitas air menjadi benteng pertama untuk melindungi, mencegah keluarga dari penyakit dan mencegah stunting.

Stunting bukan hanya soal tinggi badan anak yang tidak sesuai dengan usia. Lebih dari itu, stunting adalah indikator kegagalan gizi kronis yang dimulai sejak masa kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan. Penyebabnya tidak hanya berasal dari kurangnya makanan bergizi, tetapi juga dari lingkungan yang tidak bersih, air yang terkontaminasi, serta infeksi berulang yang melemahkan tubuh anak dan menghambat penyerapan zat gizi penting.

Ibu berperan penting sebagai pengelola sekaligus pengguna utama air di rumah, serta menjadi pelindung utama keluarga dari penyakit yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi (penyakit tular air atau waterborne diseases). Ketika seorang ibu memanfaatkan air bersih untuk dikonsumsi, merebus air minum sampai mendidih, memastikan sayuran dicuci dengan air matang, serta mengajarkan anak-anak mencuci tangan sebelum makan, setiap hari dengan sabun, bilas bersih, lalu keringkan agar tidak jadi tempat berkembang bakteri; sesungguhnya ibu sedang membangun sistem pertahanan tubuh anak secara alami—dimulai dari rumah, melalui kebiasaan sederhana yang menyehatkan.

Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Melalui keteladanan dan kata-kata, anak-anak belajar tentang kebiasaan sehat, nilai kebersihan, dan pentingnya sanitasi. Bahkan sejak dalam kandungan, kesehatan anak sangat dipengaruhi oleh pola hidup ibunya.

Studi menunjukkan bahwa air bersih dan sanitasi yang layak berkontribusi terhadap penurunan stunting. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2015) menyebutkan bahwa lebih dari 30% kasus stunting di negara berkembang berkaitan dengan infeksi saluran cerna akibat air yang terkontaminasi dan lingkungan yang tidak higienis.

Karena itu, mengedukasi dan memberdayakan perempuan—khususnya ibu—menjadi pelindung air sehat di rumah adalah salah satu strategi intervensi dalam mencegah stunting sejak dini. Bukan hanya soal teknis memilih air yang layak minum, tetapi juga soal kesadaran bahwa air bersih dan menjaga kualitas air adalah hal penting untuk memutus mata rantai infeksi, menjaga daya tahan tubuh anak, sehingga memastikan gizi yang dikonsumsi benar-benar terserap secara optimal.

Foto. Perwakilan Yayasan Jivasvasta, Lurah dan Kepala Puskesmas  Kecamatan Lenteng Agung

Gerakan Srikandi Air adalah ajakan bagi setiap perempuan—terutama ibu rumah tangga—untuk mengambil peran sebagai pelindung utama air sehat di komunitasnya. Gerakan yang diinisiasi oleh Yayasan Jiva Svastha Nusantara, bersama Urban Health Center Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta adalah bentuk nyata kolaborasi lintas sektor yang dilaksanakan di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan pada Senin 23/06/2025.

Apa yang Bisa Dilakukan Seorang Srikandi Air?

Foto. Srikandi Air, sahabat Jivasvasta

Menjadi Srikandi Air bukan berarti kita harus memulai dari sesuatu yang besar. Justru perubahan dimulai dari langkah kecil, namun konsisten:

  • Menjadi konsumen air yang cerdas: membaca label pada kemasan air, memilih sumber air minum yang aman, serta menyadari pentingnya air bersih untuk kesehatan keluarga.
  • Mengedukasi keluarga: menyampaikan pesan sederhana tentang pentingnya cuci tangan, kebersihan dapur, dan pengolahan makanan yang higienis.
  • Menghemat air dan menjaga sanitasi: karena air bukan hanya sumber kehidupan, tapi juga kunci mencegah penyakit.

Lebih dari itu, Srikandi Air juga dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan di masyarakat  lingkungan sekitarnya :

  • Meningkatkan kepedulian pada isu sanitasi, khususnya dampaknya terhadap balita dan ibu hamil.
  • Berperan aktif dalam edukasi antar ibu (peer-to-peer education) agar pengetahuan tidak berhenti di satu rumah, tetapi menyebar ke seluruh lingkungan.
  • Rutin membawa balita ke Posyandu, serta membangun jejaring dengan Posyandu dan Puskesmas, guna mengintegrasikan isu air bersih ke dalam program gizi balita, ibu hamil, dan keluarga.
  • Berpartisipasi dalam pemantauan kualitas air di lingkungan sekitar rumah, misalnya dengan berperan serta dalam kegiatan uji kualitas air sumur atau melaporkan perubahan warna, bau, atau rasa air kepada petugas Puskesmas setempat.

”Upaya penyehatan air bukan sekadar tugas teknis, tapi panggilan hati, yang mencakup pengawasan, pelindungan, dan peningkatan kualitas air—semua bisa dimulai dari rumah. Jadilah Srikandi Air, karena perubahan besar dapat dimulai dari setetes air yang dijaga. Ayo, lindungi air hari ini, demi masa depan anak-anak kita yang sehat, cerdas, dan kuat.”

1 thought on ““Srikandi Air: Perubahan Besar dari Setetes Air Yang Dijaga”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *