Gut-Brain Axis: Ketika Usus dan Otak Saling Bicara
Usus adalah organ yang luar biasa karena memiliki jutaan sel saraf yang mampu bekerja secara mandiri, seolah-olah punya sistem kendalinya sendiri. Melalui jalur komunikasi yang disebut gut-brain axis, usus dan otak saling terhubung dan “berkomunikasi” setiap hari. Apa yang terjadi di saluran cerna—seperti gangguan pencernaan atau ketidakseimbangan bakteri—bisa berdampak langsung pada suasana hati, kemampuan berkonsentrasi, kualitas tidur, bahkan regulasi emosi anak. Maka tidak heran, ketika usus dalam kondisi sehat, anak pun akan tampak lebih ceria, tenang, dan tumbuh dengan optimal.
Di dalam usus, hidup triliunan mikroorganisme baik yang dikenal sebagai mikrobiota usus. Mereka bekerja sama membantu mencerna makanan, melawan infeksi, menghasilkan vitamin penting seperti B12 dan K, serta mengatur sistem kekebalan tubuh. Ketika komposisinya seimbang, mikrobiota berperan besar dalam memastikan tubuh anak mampu menyerap gizi dengan baik dan terhindar dari gangguan pertumbuhan seperti stunting.
Dimulai dari Ibu: Peran Penting IMD dan ASI
Kesehatan usus anak dimulai bahkan sejak dalam kandungan. Apa yang ibu konsumsi, stres yang dirasakan, hingga pola makan selama hamil akan memengaruhi mikrobiota yang diwariskan ke bayi.
Saat bayi lahir, proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sangat penting. Sentuhan kulit ibu dan ASI pertama (kolostrum) mengalirkan bakteri baik dan kekebalan alami ke usus bayi. Setelah itu, ASI eksklusif selama 6 bulan menjadi makanan terbaik untuk mikrobiota usus, karena mengandung prebiotik alami (HMO) yang hanya ada dalam ASI — fungsinya memberi “makanan” untuk bakteri baik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Ancaman Tersembunyi: Infeksi, Antibiotik, dan Air Tidak Aman
Sayangnya, mikrobiota bisa terganggu. Infeksi seperti diare, pemberian antibiotik tanpa indikasi jelas, atau bayi lahir prematur bisa menyebabkan ketidakseimbangan mikroba (disebut dysbiosis). Akibatnya, anak jadi mudah sakit, sulit menyerap gizi, mengalami kolik, regurgitasi, hingga perubahan perilaku dan pola tidur.
Salah satu penyebab infeksi saluran cerna yang sering terabaikan adalah paparan air minum yang tidak memenuhi standar kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Ketika anak mengonsumsi air yang tercemar, atau makanan disiapkan menggunakan air yang tidak higienis, maka risiko terjadinya gangguan pencernaan akan meningkat.
Paparan berulang terhadap mikroorganisme patogen di dalam air yang tidak layak konsumsi dapat memicu infeksi kronis pada saluran cerna, yang sering kali berlangsung subklinis—tanpa gejala yang jelas. Kondisi ini dikenal sebagai enteropati lingkungan, yakni peradangan kronik pada mukosa usus akibat kontaminasi berulang dari lingkungan yang tidak bersih.
Dalam jangka panjang, peradangan tersebut menyebabkan kerusakan struktur vili usus, menurunnya kapasitas penyerapan zat gizi, dan meningkatnya kehilangan nutrisi. Akibatnya, meskipun anak tampak mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, tubuhnya tetap kekurangan gizi karena penyerapan terganggu. Situasi ini berdampak pada terhambatnya pertumbuhan linear, dan dapat menjadi salah satu jalur biologis menuju stunting.
Dari Infeksi ke Stunting: Sebuah Rantai Masalah
Stunting atau gagal tumbuh bukan hanya karena makan yang kurang. Banyak anak yang makan cukup tapi tetap tidak bertambah berat badan, karena infeksi usus membuat gizi tidak bisa diserap dengan baik. Dalam tubuh anak, proses ini terjadi seperti lingkaran setan: Makanan yang masuk tidak mengandung gizi cukup → tubuh kekurangan vitamin dan protein → anak mudah sakit → usus meradang → gizi tidak terserap → berat badan tidak naik → risiko stunting meningkat.
Jika air yang dikonsumsi tidak bersih, risiko infeksi makin tinggi. Anak bisa terkena diare, kehilangan cairan dan zat gizi, dan ujung-ujungnya, tumbuh kembang jadi terganggu.
Langkah kecil, Tapi Berdampak Besar
Untuk membantu anak tumbuh maksimal dan terhindar dari stunting, sebenarnya langkah-langkahnya bisa dimulai dari kebiasaan sederhana yang dilakukan sejak awal kehidupan. Mulailah dengan memberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif sejak jam pertama kelahiran. Ini bukan hanya soal nutrisi, tapi juga soal “mewariskan” kekebalan dan mikrobiota baik dari ibu ke anak.
Selama masa kehamilan dan menyusui, sangat penting bagi ibu untuk menjaga pola makan yang sehat, seimbang, dan bergizi lengkap. Asupan yang mengandung protein hewani berkualitas tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan jaringan janin dan produksi ASI. Di samping itu, ibu juga disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya serat dan prebiotik alami, seperti sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, serta produk fermentasi seperti yogurt. Kombinasi ini tidak hanya menutrisi tubuh ibu, tetapi juga berperan dalam memelihara keseimbangan mikrobiota usus, yang terbukti memengaruhi kesehatan saluran cerna, daya tahan tubuh, dan bahkan perkembangan sistem saraf bayi sejak dalam kandungan.
Penggunaan antibiotik sebaiknya sangat bijak. Antibiotik memang penting untuk melawan infeksi, tapi bila tidak dibutuhkan, justru bisa merusak mikrobiota usus anak yang sedang berkembang.
Air minum juga tidak kalah penting. Pastikan air yang dikonsumsi anak selalu matang, bersih, dan aman — karena dari air yang terkontaminasi bisa muncul infeksi yang mengganggu penyerapan gizi dan memicu gangguan pertumbuhan. Jika anak sering mengalami gangguan pencernaan seperti kolik, regurgitasi, atau diare berulang, jangan ragu berkonsultasi ke dokter. Dalam beberapa kasus, dokter bisa merekomendasikan probiotik seperti Lactobacillus reuteri, yang telah terbukti secara ilmiah membantu menyeimbangkan mikrobiota usus, mengurangi gejala pencernaan, dan mendukung pertumbuhan yang sehat.
Air minum yang aman dan berkualitas bukan hanya faktor pendukung kesehatan, tetapi merupakan komponen kunci dalam pencegahan malnutrisi kronik dan gangguan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, intervensi gizi sebaiknya selalu disertai dengan perbaikan akses terhadap air bersih, sanitasi, dan kebersihan lingkungan secara menyeluruh.
Langkah-langkah kecil ini, bila dilakukan dengan konsisten, bisa menjadi investasi besar untuk masa depan anak yang sehat, kuat, dan bebas stunting.
Kesehatan usus adalah fondasi utama bagi pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan daya tahan tubuh anak. Dengan menjaga keseimbangan mikrobiota usus melalui asupan gizi yang baik, air minum yang aman, serta pemberian ASI sejak dini, kita sedang menciptakan lingkungan internal yang optimal bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Karena anak yang sehat dan cerdas dimulai dari usus yang berfungsi secara optimal dan terlindungi sejak awal kehidupan.