Kesehatan tubuh manusia berawal dari kesehatan sel. Sel adalah unit dasar kehidupan, dan kebugaran sel sangat ditentukan oleh mitokondria, organel kecil yang bertugas memproduksi energi. Jika mitokondria bekerja optimal, tubuh dapat mempertahankan metabolisme, sistem imun, serta regenerasi jaringan. Sebaliknya, ketika sel terganggu oleh faktor luar, termasuk polutan seperti mikroplastik, kemampuan mitokondria dalam menghasilkan energi ikut melemah.
Untuk menjaga kesehatan sel, tubuh membutuhkan air bersih, cahaya alami, udara segar, dan gizi seimbang. Inilah fondasi dasar yang menjaga sistem sel tetap kuat. Namun, di era modern, fondasi ini sedang diguncang oleh pencemar yang ukurannya sangat kecil hingga sering tidak terlihat oleh mata, dapat menimbulkan dampak berbahaya di dalam tubuh : mikroplastik.
Mikroplastik: Musuh Kecil di Dalam Tubuh
Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran sangat kecil, mulai dari 1 mikrometer hingga 5 milimeter. Lebih kecil lagi adalah nanoplastik, yang ukurannya bahkan kurang dari 1 mikrometer. Karena dimensinya yang amat mungil, partikel ini mampu menyelinap masuk ke dalam tubuh manusia tanpa terasa—melalui makanan, minuman, udara yang kita hirup, bahkan produk kosmetik yang kita gunakan sehari-hari.
Sebagian besar mikroplastik yang mencemari perairan berasal dari limbah plastik rumah tangga maupun industri. Kantong belanja sekali pakai, bungkus nasi, wadah berbahan styrofoam, kemasan makanan siap saji, hingga botol minuman plastik adalah sumber utama. Ketika terbuang ke lingkungan, plastik-plastik ini tidak lenyap begitu saja. Paparan sinar matahari, gesekan mekanis, dan faktor lingkungan lainnya membuat plastik menjadi rapuh dan pecah menjadi serpihan-serpihan kecil. Walau tidak pernah benar-benar terurai, fragmen ini berubah menjadi mikroplastik yang akhirnya kembali masuk ke rantai makanan dan pada akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia.
Bukti ilmiah kian mempertegas ancaman ini. Penelitian telah menemukan mikroplastik di dalam feses manusia, darah, plasenta, hingga jaringan jantung. Jalur masuknya pun beragam: konsumsi makanan laut yang terkontaminasi limbah plastik, penggunaan garam dalam pengawetan ikan, makanan atau minuman yang disimpan dalam wadah plastik, udara perkotaan yang sarat partikel plastik, hingga secangkir teh yang diseduh menggunakan kantong plastik. Temuan ini menunjukkan bahwa mikroplastik kini bukan lagi sekadar pencemar lingkungan, melainkan ancaman nyata bagi kesehatan manusia.
Jenis Mikroplastik yang Mengkontaminasi Makanan
Mikroplastik bukan sekadar potongan plastik kecil yang hanyut di laut atau menempel pada kemasan. Di balik ukurannya yang nyaris tak terlihat, ia membawa zat kimia berbahaya yang bisa ikut masuk ke tubuh kita melalui makanan dan minuman sehari-hari. Beberapa di antaranya bahkan sudah sangat dikenal dalam dunia kesehatan karena efek negatifnya.
-
Bisphenol-A (BPA)
Digunakan untuk membuat plastik polikarbonat yang kuat dan tahan lama, sering kita temui pada wadah makanan, botol minum, hingga produk kebersihan rumah tangga. BPA dikenal sebagai disruptor hormon, dapat meniru estrogen dalam tubuh dan memengaruhi sistem reproduksi. -
Ftalat (Phthalates) : Zat aditif yang membuat plastik lebih lentur, transparan, dan tahan lama. Banyak ditemukan pada wadah makanan dan minuman sekali pakai. Ftalat dapat mengganggu sistem endokrin, memengaruhi kesuburan, serta meningkatkan risiko kelainan perkembangan pada anak.
-
Dioksin : Produk sampingan dari industri seperti herbisida dan proses pemutihan kertas. Dioksin dikenal sangat beracun, dapat menumpuk dalam jaringan lemak manusia, dan dikaitkan dengan gangguan kekebalan, kerusakan hati, hingga risiko kanker.
-
Polietilen dan Polipropilen : Dua jenis plastik paling banyak digunakan dalam kemasan makanan—seperti PET (polyethylene terephthalate) pada botol air mineral, HDPE dan LDPE pada plastik kemasan, serta PP (polypropylene) pada wadah makanan panas. Jika terurai menjadi mikroplastik, bahan ini dapat melepaskan zat kimia berbahaya yang memicu stres oksidatif dalam tubuh.
Zat-zat kimia ini bukan hanya mengganggu keseimbangan ekosistem, tetapi juga membawa konsekuensi serius bagi kesehatan manusia. Bayangkan, setiap kali kita minum dari botol plastik, menyimpan makanan dalam wadah plastik, atau mengonsumsi seafood dari laut tercemar, kita memberi peluang bagi zat berbahaya ini untuk masuk, menumpuk, dan perlahan merusak sel-sel tubuh kita.
Bagaimana Mikroplastik Merusak Sel?
Begitu masuk, mikroplastik sulit dikeluarkan tubuh. Partikel ini dapat menempel pada membran sel, merusak lapisan pelindung usus, atau bahkan masuk ke dalam aliran darah. Mekanisme kerusakannya antara lain:
-
Merusak DNA, fondasi instruksi genetik sel.
-
Mengganggu mitokondria, sehingga sel kekurangan energi.
-
Memicu stres oksidatif, yang mempercepat penuaan dan kematian sel.
-
Mengacaukan mikrobiota usus, yang berperan penting dalam imun dan metabolisme.
Kerusakan ini tidak berhenti pada tingkat sel, tetapi menjalar menjadi peradangan kronis, suatu kondisi yang menciptakan lingkungan ideal bagi perkembangan kanker.
Dari Peradangan Kronis ke Kanker
Peradangan akut biasanya melindungi tubuh. Namun, ketika peradangan menjadi kronis akibat paparan mikroplastik terus-menerus, tubuh justru dirugikan. Peradangan ini merusak jaringan sehat, menimbulkan jaringan parut (fibrosis), dan menciptakan lingkungan mikro tumor (tumor microenvironment, TME).
Dalam kondisi ini, sistem imun yang seharusnya melawan sel abnormal justru melemah, sementara sel kanker mendapatkan sinyal dan nutrisi untuk tumbuh dan menyebar. Penelitian mutakhir menemukan mikroplastik pada jaringan kanker paru-paru, pankreas, dan usus besar. Artinya, mikroplastik bukan sekadar pencemar lingkungan, tetapi agen karsinogenik potensial.
Teh sebagai Ilustrasi Nyata
Contoh yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah kantong teh. Banyak kantong teh modern ternyata dibuat dari bahan plastik seperti nilon, PET, PLA (yang sering diklaim biodegradable), atau bahkan kertas yang diperkuat dengan polipropilen. Saat diseduh dengan air panas sekitar 95°C, kantong-kantong ini dapat melepaskan jutaan hingga miliaran partikel mikroplastik hanya dalam satu cangkir teh (Universitas Otonomi Barcelona, 2020).
Partikel halus ini kemudian masuk ke saluran pencernaan, sebagian menembus dinding usus, masuk ke dalam aliran darah, dan akhirnya tersebar ke organ-organ penting. Jika paparan terjadi terus-menerus, risiko terjadinya peradangan kronis semakin besar—suatu kondisi yang menjadi fondasi tumbuhnya kanker. Dengan kata lain, sesuatu yang selama ini kita anggap menyehatkan, bisa diam-diam berubah menjadi pintu masuk ancaman mematikan.
Bukti Ilmiah dan Celah Penelitian
Bukti eksperimental menunjukkan mikroplastik mampu memicu stres oksidatif, apoptosis abnormal, hingga nekrosis di berbagai organ (Winiarska dkk., 2024).Salah satu cara mekanismenya adalah dengan memicu stres oksidatif.yakni kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh menetralkannya. Dalam bahasa sederhana, hal ini bisa diibaratkan seperti munculnya “karat” atau racun kecil akibat reaksi kimia di dalam tubuh. Jika keadaan ini berlangsung terus-menerus, sel-sel tubuh akan lebih cepat mengalami kerusakan.
Selain itu, mikroplastik juga bisa mengacaukan proses alami yang disebut apoptosis. Normalnya, apoptosis berfungsi sebagai mekanisme sehat untuk membuang sel yang sudah tua atau rusak. Namun, ketika dipengaruhi oleh mikroplastik, proses ini tidak berjalan semestinya. Ada sel yang mati terlalu cepat, atau sebaliknya, sel yang seharusnya mati justru bertahan dan menimbulkan masalah baru.
Tidak hanya itu, mikroplastik dapat memicu terjadinya nekrosis, yaitu kematian sel yang mendadak dan tidak terkendali. Jika banyak sel mengalami kondisi ini secara bersamaan, jaringan organ bisa mengalami kerusakan serius, mirip luka yang menyebar luas. Namun, mekanisme detail mengenai dosis paparan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi mikroplastik dalam tubuh manusia masih belum sepenuhnya jelas.
Keberadaan mikroplastik di dalam tubuh kini tidak bisa lagi dianggap sebagai hal yang anomali, melainkan sebagai fenomena global yang memerlukan penelitian lebih mendalam. Terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan metode deteksi yang lebih akurat, sekaligus merumuskan strategi guna mengurangi paparan, baik melalui pengelolaan limbah plastik maupun melalui inovasi pada produk sehari-hari.
Menjaga Sel, Menjaga Hidup
Hidup manusia sesungguhnya berawal dari sesuatu yang paling kecil: sel. Sel-sel ini bekerja tanpa henti, menjaga jantung tetap berdetak, paru-paru bernapas, otak berpikir, dan tubuh bergerak. Sel yang sehat menjadi fondasi tubuh yang kuat. Namun, ketika sel mengalami kerusakan, perlahan pilar kesehatan pun melemah.
Mikroplastik merupakan kontaminan tak kasatmata yang kian meluas dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa warna, bau, maupun rasa, partikel ini dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Kita menelannya lewat makanan dan minuman, menghirupnya bersama udara, bahkan menyeduhnya bersama secangkir teh. Partikel-partikel ini kemudian menumpuk di organ, mengacaukan produksi energi sel, serta menyalakan api peradangan kronis yang sulit padam. Dari sinilah jalur berbahaya terbuka—menuju risiko kanker dan penyakit kronis yang mengancam kehidupan.
Namun kabar baiknya, kita masih memiliki kendali. Dengan keputusan sederhana yang kita buat sehari-hari, kita dapat mengurangi dampak mikroplastik, misalnya dengan membatasi penggunaan plastik sekali pakai, menyeduh teh menggunakan saringan logam atau teko kaca, serta memilih produk berbahan alami. Tubuh kita pun akan lebih kuat bila kebutuhan dasarnya terpenuhi—cukup air, cahaya matahari, udara segar, dan makanan bergizi. Setiap keputusan kecil yang kita ambil setiap hari sesungguhnya merupakan hadiah besar bagi kesehatan sel-sel tubuh kita.
Mikroplastik adalah ancaman nyata. Pertanyaannya bukan lagi “apakah kita terpapar?” tetapi “seberapa banyak tubuh kita sudah menyimpannya?”. Jika kita terus abai, ancaman ini bisa menjadi epidemi tak terlihat yang menggerogoti kesehatan generasi kita.
Mari kita mulai dari hal kecil yang bisa mengubah segalanya. Rawat sel kita, rawat tubuh kita, rawat hidup kita. Karena dari sel yang sehat lahir energi, kekuatan, dan masa depan yang lebih berkualitas.
Mulailah sekarang. Karena masa depan kesehatan anda ditentukan oleh apa yang anda pilih hari ini.
Tulisan ini membantu sy jd lebih sehat dan bijak dlm menggunakan wadah makanan di era skg