Bayangkan otak anda sebagai sebuah taman hidup—bukan taman biasa, tapi taman cerdas yang dihuni miliaran pohon saraf bernama neuron. Setiap pohon memiliki cabang, ranting, dan akar yang terhubung erat, membentuk jaringan kehidupan: pikiran, kenangan, perasaan, gerakan, dan kesadaran. Tapi, seperti taman mana pun, butuh perawatan dan nutrisi.
Di sinilah hadir BDNF—Brain-Derived Neurotrophic Factor. Sebuah protein alami dalam otak yang bisa disebut pupuk super bagi sel saraf.
Apa Fungsi BDNF?
BDNF membantu menumbuhkan neuron baru, memperkuat sambungan antar sel saraf, menjaga mereka tetap hidup, dan mendukung kemampuan otak untuk belajar, mengingat, dan mengatur emosi. Namun jika kadar BDNF menurun, maka pohon-pohon saraf menjadi rapuh, sambungan terputus, dan taman otak mulai rusak perlahan.
Dan kerusakan itu bukan sekadar penurunan daya ingat.
Demensia: Ketika Taman Otak Mengering
Berdasarkan Indonesia Longitudinal Aging Survey (ILAS) 2023, angka keterbatasan fungsional akibat demensia/Alzheimer sudah mencapai 65,8% secara keseluruhan, bahkan paling tinggi pada usia 50–54 tahun (93,1%), usia yang tergolong masih produktif!
Menariknya, pada kelompok usia 60–64 tahun, angka tersebut tetap tinggi (86,6%), memperlihatkan bahwa gejala awal demensia kini muncul lebih cepat dari yang diperkirakan.
Artinya jelas: pencegahan harus dimulai sebelum usia 60 tahun, bahkan idealnya sejak usia 40-an saat gejala belum terlihat.
Demensia merupakan suatu kondisi neurodegeneratif progresif yang tidak hanya ditandai oleh gangguan daya ingat, tetapi juga mencakup penurunan fungsi kognitif global, termasuk atensi, eksekutif, bahasa, dan visuospasial, yang pada akhirnya berdampak terhadap kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari, menurunkan tingkat kemandirian, serta memengaruhi fungsi motorik dan kualitas hidup.
Kabar Baik: BDNF Bisa Ditingkatkan Secara Alami
Tubuh manusia memiliki mekanisme luar biasa dalam merangsang produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), yakni protein penting yang berperan dalam plastisitas sinaptik, memori jangka panjang, serta pertumbuhan neuron baru (neurogenesis). Menariknya, peningkatan BDNF tidak harus bergantung pada obat-obatan mahal atau teknologi canggih—melainkan melalui kebiasaan hidup yang sehat dan alami.
Salah satu pendekatan yang terbukti secara ilmiah adalah olahraga aerobik. Penelitian dalam jurnal Nature Reviews Neuroscience (Ratey & Loehr, 2011) menunjukkan bahwa aktivitas seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang secara rutin dapat meningkatkan kadar BDNF secara signifikan. Olahraga mendorong suplai oksigen dan memperbaiki fungsi vaskular otak—lingkungan ideal untuk pertumbuhan sel saraf baru.
Selain itu, tidur yang berkualitas juga berperan besar. Saat kita tidur, otak memasuki fase restoratif di mana terjadi konsolidasi memori dan sekresi protein neurotropik seperti BDNF. Tidur yang terganggu dapat menurunkan kadar BDNF, sebagaimana dibuktikan oleh penelitian longitudinal yang dimuat dalam Journal of Sleep Research (Giese et al., 2013).
Pola makan yang tepat juga menjadi pilar penting dalam mendukung neuroplastisitas. Konsumsi asam lemak omega-3 dari ikan laut dalam, antioksidan dari buah-buahan berwarna cerah, serta fitonutrien dari sayuran hijau dan rempah-rempah seperti kurkumin (kunyit) telah terbukti membantu ekspresi BDNF (Gómez-Pinilla, 2008, Nature Reviews Neuroscience). Namun, tidak semua zat dari makanan dapat menembus sawar darah-otak (blood-brain barrier). Hanya senyawa lipofilik tertentu dan dengan berat molekul kecil yang mampu melintasinya dan mencapai sistem saraf pusat.
Omega-3 dan Kurkumin: Nutrisi yang Tembus Pertahanan Otak
Otak memiliki sistem pertahanan yang sangat selektif bernama sawar darah-otak (blood-brain barrier), yang berfungsi menyaring dan membatasi masuknya zat asing atau berpotensi merusak ke dalam jaringan otak. Mekanisme ini sangat penting untuk menjaga stabilitas lingkungan internal otak, namun juga menjadi tantangan besar bagi sebagian besar suplemen dan nutrisi, yang umumnya tidak mampu melewatinya.
Menariknya, asam lemak omega-3 dan kurkumin dari kunyit merupakan dua senyawa alami yang berhasil melewati penghalang ini. Setelah masuk ke dalam sistem saraf pusat, kedua senyawa ini menunjukkan efek neuroprotektif yang signifikan. Mereka merangsang produksi BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor) dan NGF (Nerve Growth Factor)—dua faktor neurotrofik yang berperan penting dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan regenerasi sel-sel saraf, sekaligus melindungi otak dari proses degeneratif yang berkaitan dengan penuaan dan penyakit neurodegeneratif seperti demensia.
Jangan Lupakan Kegiatan Otak dan Stres
Otak juga perlu diberi tantangan secara teratur agar tetap aktif dan adaptif. Kegiatan seperti membaca buku, mempelajari hal baru, berdiskusi, atau bermain musik mampu menstimulasi sel-sel saraf untuk terus bekerja dan membentuk koneksi-koneksi baru yang memperkuat jaringan otak. Aktivitas mental semacam ini adalah bagian penting dari neuroplastisitas—kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi sepanjang hidup. Sebaliknya, stres kronis justru menjadi ancaman serius. Kelebihan hormon kortisol akibat stres yang berlarut-larut dapat menekan produksi BDNF dan NGF, dua faktor penting bagi kesehatan sel otak, sehingga mempercepat penyusutan jaringan saraf dan meningkatkan risiko gangguan kognitif di usia lanjut.
Merawat Otak = Merawat Masa Depan
Menjaga kadar BDNF ibarat menyirami taman otak setiap hari—semakin kita rawat sejak dini, semakin subur dan kuat ia tumbuh. Di usia lanjut, inilah yang menjadi bekal untuk tetap berpikir jernih, bergerak mandiri, dan menjalani hari-hari dengan semangat yang utuh. Hidup sehat bukan hanya pilihan, tetapi investasi terbaik untuk menua dengan bahagia dan mempertahankan kualitas hidup secara optimal.