Menanam Cinta, Menuai Karakter

Gambar yang dibuat

Dalam setiap daun yang hijau, akar yang kuat, dan bunga yang mekar, tersembunyi pelajaran hidup yang tak ternilai. Tanaman bukan sekadar makhluk hijau yang tumbuh diam-diam di tanah; melainkan guru alami yang mengajarkan tentang kesabaran, perawatan, keberlanjutan, dan cinta yang tak bersyarat. Maka, betapa pentingnya memperkenalkan tanaman kepada anak-anak sejak usia dini—sebagai bagian dari pendidikan karakter yang menyatu dengan alam dan budaya.

Inilah salah satu filosofi yang mengilhami program Tamasya Merdeka di Desa Kramat, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, yang mencoba  menjawab kebutuhan zaman: menciptakan ruang pengasuhan yang sehat jiwa, berbasis komunitas, dan berpihak pada lingkungan.

Tanaman: Jembatan Emosional Anak dan Alam

Konsep Tamasya Merdeka telah disusun termasuk di dalamnya  “Mengenal dan Mencintai Tanaman sebagai Warisan Alam” membuka ruang belajar di luar tembok kelas. Anak usia dini diajak bereksplorasi dengan lingkungan, berjalan, mengamati, menyentuh, dan berbicara dengan lingkungan. Mereka mengenal nama-nama tanaman lokal, memahami manfaatnya, dan belajar cara merawatnya—semua dilakukan dalam pendampingan orang tua, pengasuh anak dan kader desa.

Ada nilai emas dalam proses ini. Saat seorang anak memegang daun kemangi sambil mendengar kisah neneknya tentang jamu tradisional, terjadilah transfer pengetahuan lintas generasi. Ketika mereka membuat pot tanaman dari botol bekas bersama ayah atau ibu, bukan hanya keterampilan motorik yang berkembang, tetapi juga kesadaran ekologis dan kebersamaan yang hangat.Program ini tidak memisahkan pendidikan dari kesehatan, atau membatasi keterlibatan hanya pada ibu. Justru, ia menempatkan keluarga sebagai pusat perubahan—ayah, ibu, nenek, bahkan tetangga—semua turut serta dalam membentuk ekosistem pengasuhan yang penuh cinta.

Mengubah Desa Menjadi Sekolah Kehidupan

Desa Kramat bukan hanya lokasi kegiatan, melainkan  laboratorium hidup. Di sana, tenaga kesehatan, kader, pengasuh anak usia dini dan  masyarakat bersama-sama menciptakan ruang belajar yang menyenangkan dan bermakna. Anak-anak tak hanya diajak untuk mengenal tanaman, tetapi juga menyerap nilai-nilai gotong royong, cinta tanah air, dan tanggung jawab sosial. Pendidikan karakter tidak perlu mahal atau rumit. Cukup dengan sepetak kebun, tangan-tangan penuh kasih, dan hati yang tulus. Dari sinilah lahir anak-anak yang bukan hanya cerdas kognitif, tetapi juga memiliki empati dan kesadaran ekologis.

Melalui Tamasya Merdeka, kita menanam lebih dari sekadar bibit tanaman. Kita menanam cinta dalam hati anak-anak, menyemai kepedulian dalam keluarga, dan menuai harapan untuk Indonesia yang lebih hijau, sehat, dan manusiawi. Karena sejatinya, perubahan besar selalu berakar dari hal-hal sederhana yang dilakukan dengan cinta dan konsistensi.

Mari terus bergerak bersama, menjadikan setiap desa sebagai taman asuh penuh kasih—tempat di mana anak-anak tumbuh, belajar, dan mencintai bumi yang menjadi rumah kita semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *